MTsN 3 Kediri Menyongsong Bulan Bahasa dengan Lomba Menulis Opini

Kediri, 26 Oktober 2020. MTsN 3 Kediri mulai menggeliatkan gerakan literasi, yang ditandai dengan program gerakan menulis. Program tersebut sebenarnya sudah dirancang oleh madrasah sejak enam bulan yang lalu. Namun, karena adanya virus korona terpaksa harus tertunda. Menurut Jamiludin, M.Pd.I.  “Saya ingin semua komponen madrasah terlibat dalam gerakan literasi. Saat ini saya ingin mengawali gerakan menulis dengan mengadakan lomba menulis opini untuk guru seluruh anggota KKM. Hadiah lomba tersebut akan diserahkan oleh Bapak Kepala kantor Kemenag Kab. Kediri kepada pemenang lomba.”

Untuk mendukung kegiatan tersebut, Senin, 19 Oktober 2020, yang lalu, madrasah mengundang M. Maghfur Qumaidi, kepala bidang riset dan pengembangan Komnasdik kediri, untuk memberikan pengarahan secara langsung kepada seluruh guru MTsN 3 Kediri. Dalam penjelasannya Maghfur menyampaikan, bahwa menulis sebenarnya bukan pekerjaan sulit. Namun, hampir sebagian besar orang enggan melakukan karena kurang adanya niat yang kuat sehingga tak kunjung menulis. Selain itu, Ketua IPP Jatim itu juga mengatakan, bahwa seringkali ide-ide bagus itu menguap, karena tidak pernah mencatat ide-ide tersebut. “Apapun bisa menjadi tulisan, asalkan kita peka dan tanggap dengan yang terjadi di sekitar kita, entah itu pengalaman pribadi atau pun ide-ide yang berasal dari apa yang pernah kita baca,” ungkapnya.

Maghfur juga menjelaskan,  tiga kunci mudah dalam menulis opini atau essay, yaitu teknik MAS (Masalah, Analisis, dan Solusi). Teknik ini untuk mengingatkan, agar penulis tidak hanya mengurai persoalan.  Namun, juga harus bisa menganalisis sekaligus menemukan solusi tentang masalah yang ditulis. Sangat tidak diharapkan penulis hanya menulis M (masalah), yang justru menambah persoalan. Misalnya menulis yang berisi kritik tanpa dasar dan analisis, yang dapat merugikan pihak lain. Itulah mengapa setiap artikel baik itu opini maupun essay harus diikuti oleh A (Analisis) dan sekaligus S (Solusi).
Jamiludin, penulis majalah Mimbar Kanwil Kemenag Jawa Timur juga menambahkan, menulis sebenarnya harus menjadi tradisi, pendidik tidak bisa lepas dari kegiatan tersebut. Menulis merupakan bagian dari pengembangan diri. “Saya mengharap bapak ibu untuk ikut serta dalam lomba ini. Tidak ada tulisan yang sia-sia, karena semua tulisan akan diterbitkan dalam sebuah buku antologi,” pungkasnya. (MQ).

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *