Daring Oh Darling
Dewi Nurmasari, S. Pd.
Dunia tengah dihebohkan oleh kehadiran suatu makhluk kecil tak kasat mata yang telah menewaskan jutaan manusia dalam waktu singkat bernama Covid-19. Pandemic Covid-19 ini berdampak pada segala aspek kehidupan, tak terkecuali pada dunia pendidikan yang mengharuskan kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara daring. Kebijakan yang diambil Mas Menteri pembuat aplikasi ‘gojek’ ini bertujuan untuk memutus rantai penyebaran covid-19 dengan cara meminimalisir kontak secara fisik di dunia nyata beralih ke kontak di dunia maya. Berbagai platform dimanfaatkan oleh para Bapak Ibu guru mulai dari what’s app, zoom, webex meeting, rumah belajar, google education, ruang guru, edmodo dan masih banyak lagi.
Tanggapan positif maupun negatif dari pembelajaran jarak jauh merebak di masyarakat baik dari para guru, orang tua, peserta didik maupun dari kalangan lain. Mengajar memang dibutuhkan kesabaran ekstra bagi orang tua karena kita akan cenderung menjadi diri sendiri ketika berhadapan dengan orang-orang terdekat atau keluarga. Berbeda dengan guru di sekolah, sosoknya yang selalu rapi, cantik, wangi dan sabar bak ibu peri, tau segalanya bak Albert Einstein tampak indah dan berwibawa di mata anak-anak. Berkebalikan dengan ibunya di rumah yang mungkin tampak lusuh, bau aneka bumbu dapur bercampur keringat, sering meluapkan emosi saat anak tak juga memahami materi menjadi salah satu alasan kurang respeknya anak-anak saat diajarkan oleh ibu di rumah. Meski pada kenyataannya guru juga manusia. Sosok guru bak Ibu Peri atau Malaikat dapat menjelma menjadi ‘Nenek Lampir’ atau ‘Kakek Lampir’ ketika sampai di rumah.
Lelah akibat tekanan tugas pekerjaan, bertambahnya kewajiban mengajar anak di rumah, ekonomi yang semakin sulit dan adaptasi pola kebiasaan di masa new normal dapat memicu tubuh memproduksi kelenjar adrenalin dan hormon stress, yaitu cortisol. Darah yang biasanya mengalir ke perut dan usus akan berubah arah ke otot guna menyiapkan tubuh kita untuk bertarung. Hal itulah yang menyebabkan kita dapat melakukan hal-hal di luar rasional, di luar kendali tubuh ketika marah. Banyak cara seseorang melampisakan suasana hatinya secara positif dengan beribadah lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, berolahraga, melakukan hobi, menuangkan dalam tulisan dan masih banyak lagi. Salah satu cara menuangkan perasaan yang sedang kekinian di media social adalah dengan membuat, menyebarkan atau sekedar menikmati meme.
Istilah meme pertama kali diperkenalkan oleh Richard Dawkins dalam The Selfies Gene. Internet meme dalam Wikipedia.org adalah ide, perilaku, atau gaya yang menyebar dari satu orang ke orang lain dalam sebuah budaya. Meme adalah suatu ungkapan berbagai bentuk perasaan dengan suatu maksud untuk sekedar hiburan, bersifat menyindir, mengolok-olok, dalam dunia politik berfungsi untuk memprovokasi dan dapat juga untuk bahan promosi agar lebih menarik karena meme memiliki kesan santai dan lucu. Berikut meme-meme seputar pembelajaran jarak jauh.
Terkadang menuangkan kesulitan dan kesedihan yang sedang terjadi dalam bentuk humor dapat membantu seseorang mengurangi perasaan tertekan atau stress. Setelah berbulan-bulan mengalami masa cemas dan bingung akibat covid- 19 dan belum pula diketahui kapan obat dan akan ditemukan, sudah saatnya kita harus berdamai dan beradaptasi dengan keadaan. Managemen diri, waktu, terbuka untuk hal-hal baru, kreatif, inovatif, berusaha bersyukur dan saling membantu antar sesame jauh lebih baik dari pada waktu dan tenaga kita habiskan untuk mengeluh dan meratapi keadaan. Semoga segera ditemukan obat dan vaksin virus corona dan dunia pendidikan segera kembali seperti sedia kala.
Pemilihan diksi pada judul menarik…
Sudah bagus..
Untuk gambar bisa diberi keterangan…
Ditunggu karya berikutnya..
👍👍👍
Alhamdulillah👍
Semangat menulis